Sign up with your email address to be the first to know about new products, VIP offers, blog features & more.

[mc4wp_form id="5"]

Moh. Toha, Anak Desa Yang Sukses Ke Puncak Karir

By Posted on 0 5 m read 1.5K views

Nama lengkapnya adalah Moh. Toha, ST, M.Si. lahir di Demak pada tanggal 4 Pebruari 1962. Sosok yang satu ini sudah sangat dikenal dikalangan Aparatur Sipil Negara (ASN) di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Kendal. Panggilan akrabnya adalah pak Toha. Keterkenalan Moh Toha tidak lain karena dia termasuk salah satu pejabat teras yang dinilai memiliki karakter kuat dalam memimpin, dan karier yang mulus hingga mencapai puncak , yaitu jabatan Sekretaris DaerahPemerintah Kabupaten Kendal.

“Setiap hari saya bersepeda lebih kurang 15 kilometer untuk ke sekolah”, katanya.

Moh. Toha, S.T., M.Si.

Moh Toha adalah anak ke delapan dari pasangan H. Sulaeman dan Hj. Siti Aminah. Ia lahir dan dibesarkan di desa Jatisono Kecamatan Gajah Kabupaten Demak. Sebagai anak desa, pak Toha mengaku perjalanan hidupnya sama dengan teman-teman sebayanya. Tidak ada yang istimewa dari dirinya. Mengayuh sepeda bersama teman-temannya setiap hari untuk mengenyam pendidikannya di SMPN 2 Demak, adalah kesehariannya “Setiap hari saya bersepeda lebih kurang 15 kilometer untuk ke sekolah”, katanya.

Sebagai pelajar, dia tidak termasuk dalam kategori anak cerdas. Namun diakui bahwa dirinya selalu berada dalam sepuluh besar. Usai lulus dari bangku SMP, Toha remaja melanjutkan sekolahnya di Sekolah Menengah Atas (SMA). Saat duduk dibangku SMA ini, Toha berupaya untuk menambah ilmunya di bidang keagamaan. Predikat santri sempat menempel pada dirinya. Selama dua tahun, dia sekolah sambil mondok di pondok pesatren Al-Fatah Demak.

Di ponpes inilah, Toha mengaku mendapatkan ilmu agama tambahan, terutama ilmu tentang bagaimana membaca al-qur’an dengan benar. Dan di ponpes inilah Toha juga mulai mengenal ilmu berpidato. “Setiap seminggu sekali, saya belajar khitobah (pidato) di ponpes. Saya memang termasuk culun saat itu. Tapi dengan belajar khitobah itu, sedikit demi sedikit, saya kemudian bisa ngomong dan berani ngomong di hadapan banyak orang”, ungkapnya.

Usai menamatkan sekolahnya dibangku SMA, semula Toha inginnya bekerja, dengan ikut pamannya bernama Sanipan yang ia panggil dengan sebutan om Sanipan. “Om Sanipan ini seorang pemborong, namun oleh om Sanipan ini, saya tidak diperbolehkan untuk bekerja di tempatnya. Saya justru disuruh melanjutkan kuliah,” tutur Toha.

Rupanya pesan dari pamannya ini dianggap tidak salah oleh Toha. Karenanya, Toha kemudian mendaftarkan dan diterima kuliah di Program D3 Politeknik Universitas Diponegoro Semarang. Meskipun dia tergolong tidak cerdas, namun semangatnya untuk bisa menjadi siswa berprestasi selalu tinggi. Dengan belajar tekun dan berdoa, Toha akhirnya berhasil mewujudkan keinginannya. Toha meyakini dengan kerja keras dan berdoa, sesuatu yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin. Dan hal ini pula yang akhirnya diterapkan dalam mendidik kedua puteranya. Alhasil, ia akhirnya mengantongi predikat mahasiswa berprestasi dan berhak mendapatkan beasiswa selama dua tahun berturut-turut.

Ketika itu tahun 1986, pemerintah daerah Kabupaten Kendal membutuhkan sarjana muda atau sarjana teknik sipil. Dengan predikat mahasiswa berprestasi, saya kemudian masuk Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) tanpa tes

Dengan berbekal dengan predikat itulah, ijasah D3-nya telah mengantarkan Moh Toha untuk berhijrah ke Kabupaten Kendal. “Ketika itu tahun 1986, pemerintah daerah Kabupaten Kendal membutuhkan sarjana muda atau sarjana teknik sipil. Dengan predikat mahasiswa berprestasi, saya kemudian masuk Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) tanpa tes”, cerita Toha.

Jadilah kemudian Moh Toha seorang pegawai negeri yang ditempatkan di kantor Dinas Pekerjaan Umum (DPU) dan lebih banyak diserahi tugas sebagai perencana. Dengan bekal keilmuanya sebagai sarjana muda Teknik Sipil, dia merasa enjoy kerja sebagai perencana. Hasilnya, bangunan-bangunan tipe joglo berhasil ia rancang, baik itu untuk bangunan pasar, puskesmas, sekolah dan juga perkantoran. “Saat itu yang tren adalah joglo. Bangunan tidak bertingkat, tidak membutuhkan hitung-hitungan yang rumit. Saya bersama teman-teman di kantor tidak merasa kesulitan, membuat gambar dan rancang bangun , bangunan tidak bertingkat”, terang Moh Toha.

 

Tour Of Duty

Tiga tahun berpredikat pegawai Negeri Sipil, tepatnya pada tahun 1989, Moh Toha menikahi gadis pilihannya bernama Anjani, gadis desa anak pak lurah Desa Sri Wulan Kecamatan Limbangan, yang kala itu bekerja pada seorang pemborong. Bisa menikahi anak seorang kepala desa adalah bagian dari cita-citanya. “Saya tidak tahu mengapa saya bercita-cita untuk memperistri anak seorang kepala desa. Saya tidak berpikir masalah kaya atau tidak kaya. Filosofinya sederhana, dalam fikiran saya, anak kepala desa berarti memiliki trah kepemimpinan. Saya meyakini itu, saya juga tidak tahu itu, tetapi ketika itu, cita-cita saya seperti itu. Kemudian saat saya melakukan tugas pengawasan proyek, saya bertemu seorang wanita, yang kemudian menjadi istri saya, dan dia adalah anak seorang kepala desa”, ceritanya dengan tertawa.

Dari buah pernikahannya ini, lahirlah dua putera kesayangannya, yaitu Muhammad Faisal Amri yang sudah merampungkan pendidikan pasca sarjananya dan anak kedua bernama Muhammad Haqul Islam yang baru saja di wisuda sebagai sarjana Teknik Sipil. “Kedua anak saya adalah sarjana teknik sipil, lulusan Undip Semarang”, katanya.

Sarjana muda teknik yang disandang Moh Toha, mengajaknya untuk melanjutkan studinya di jenjang sarjana. Beberapa tahun usai pernikahannya, pada tahun 1990 berhasil memperoleh gelar sarjana teknik sipil di Undaris. Kemudian Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro pada tahun 1997 juga berhasil ia raih.

Pengalaman kerjanya, dia rajin pindah-pindah namun masih di lingkungan DPU, dari seksi perencanaan, subdin jalan, kasubsi, kasi, kasubdin , juga kabid ke PU an. “Saya pernah jalani semua, baik PU Bina Marga, Cipta Karya atau Pengairan. Kemudian Kabid Fisik dan Prasarana di Bappeda. menjadi sekretaris Cipta Karya dan Tata Ruang sambil menjadi Plt. Kadinas selama satu tahun, dan dipindah sebagai Kabag Pembangunan selama satu tahun, diangkat Sekretaris Bappeda. Nah disinilah saya banyak mempelajari dan mewarnai di perencanaan, baik perencanaan APBD maupun produk-produk perencanaan yang lain. Dan saya pelajari lebih intens. Setelah 2,5 tahun kemudian diangkat menjadi Kepala Bapeda selama 3,5 tahun, kemudian dipindah menjadi kepala dinas perhubungan, yang kemudian saya ada kesempatan untuk menjadi sekretaris daerah sekarang”, papar Moh Toha.

Karenanya, bagi Toha, tour of duty sangat mempengaruhi dalam menentukan jenjang berikutnya. Seringkali tour of duty bagi ASN merupakan sesuatu yang dianggap kurang berpihak padanya, sebab mereka memiliki penilaian negatif terhadap tempat kerja yang baru. Seakan. bagi mereka ini, tour of duty akan berpengaruh kurang baik bagi rejeki seseorang.

“Saya pernah usul untuk pindah ke bappeda, namun permintaan saya ini tidak dikabulkan oleh Almarhum Bapak Syamsu Hidayat Ka DPU saat itu. Saat saya di perencanaan banyak mendapat bimbingan Kasie saya waktu itu yaitu Ir. Hadjiyanto. Bagi saya bapak Ir. Hadjiyanto atasan saya dan sekaligus guru saya. Beliau adalah sosok yang banyak menginspirasi saya”, kisahnya.

Bagi Toha, yang penting adalah kerja keras, jangan takut dimutasi, dalam bekerja jangan hanya berpikir masalah rejeki, sebab rejeki akan mengikuti pada kinerja dan kerja keras kita, bukan karena faktor dimana kita bekerja. Dicontohkan, semisal yang semula bekerja di Dinas Pekerjaan Umum, kemudian takut di pindah ke tempat yang lain. “Saya pernah usul untuk pindah ke bappeda, namun permintaan saya ini tidak dikabulkan oleh Almarhum Bapak Syamsu Hidayat Ka DPU saat itu. Saat saya di perencanaan banyak mendapat bimbingan Kasie saya waktu itu yaitu Ir. Hadjiyanto. Bagi saya bapak Ir. Hadjiyanto atasan saya dan sekaligus guru saya. Beliau adalah sosok yang banyak menginspirasi saya”, kisahnya.

Karier Moh Toha di birokrasi bisa dibilang mulus hingga di karier puncak sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) yang ditugaskan di daerah. Pada pertengahan Oktober lalu (18/10), Pak Toha dilantik menjadi Sekretaris Daerah Kabupaten Kendal oleh Bupati Mirna Annisa. Sebuah jabatan yang sebenarnya tidak pernah menjadi impiannya. Jabatan yang dianggap buah dari dorongan dan doa teman-temannya. “Istri saya bahkan tidak menghendaki saya menjadi sekda, meskipun pada akhirnya istri saya bisa menerima”, katanya.

Sebagai Sekretaris Daerah, dia berkenginan bisa mewujudkan apa yang dikehendaki dan yang diinginkan oleh bupati sesegera mungkin, sesuai dengan yang digariskan dalam pentahapan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

Bagikan Artikel ini...